PROFIL
DESA BULUSULUR
A. Batas
Wilayah
Utara : Desa
Purwosari
Selatan :
Desa Purworejo
Barat : Kelurahan
Wonoboyo
Timur : Purworejo dan
Ngadirojo Lor
B.
Pembagian Wilayah
Desa
Bulusulur terdiri dari 6 dusun dan 10 Rukun Warga
(RW), masing-masing dusun terdiri dari setidaknya 1 RW:
1. Bulusari,
terdiri dari 3 RW, yaitu RW 03, RW 04, dan RW 05
2. Bulusulur,
terdiri dari 1 RW yaitu RW 02
3. Kedungsono,
terdiri dari 1 RW yaitu RW 06
4. Klemut,
terdiri dari 1 RW yaitu RW 07
5. Lemahireng,
terdiri dari 1 RW yaitu RW 01
6. Malangsari,
terdiri dari 1 RW yaitu RW 08
C.
Sarana dan Prasarana
1. Kantor Pemerintahan
Kantor Kepala Desa Bulusulur terletak di Jl.
Diponegoro KM3.5 Dusun Bulusari (tepatnya di RT 02 / RW 03). Di sebelah Kantor
Kepala Desa, juga terdapat Gedung Serbaguna Balai Desa. RW 03 terletak di
tengah-tengah Desa Bulusulur, sehingga jarak masing-masing RW ke Balai Desa
relatif sama.
Di desa ini, juga terdapat Kantor Dinas Penghijauan
dan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri.
2. Sarana Transportasi
Desa Bulusulur bisa
ditempuh selama 5 menit dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Wonogiri. Dusun
Bulusari dan Bulusulur dilintasi Jalan Utama Kabupaten, yaitu Jalan
Diponegoro yang menghubungkan Kota Wonogiri dengan kecamatan-kecamatan
disebelah timur dan tenggara Kabupaten Wonogiri. Sehingga banyak kendaraan umum
(Angkutan Pedesaan) melewati jalan ini. Semua bis AKDP dan AKAP jalur Solo -
Baturetno - Pacitan dan Solo - Purwantoro juga melalui jalan ini.
Di Dusun Kedungsono,
dilalui jalan yang menghubungkan Kota Wonogiri dengan Desa Purwosari. Terdapat
1 trayek yang melewati jalan ini, yaitu Angkutan Pedesaan trayek Wonogiri -
Pojok. Sedangkan di dusun lainnya (Lemahireng, Klemut, dan Malangsari) belum
ada angkutan umum yang melewatinya.
Rencana pembangunan
Jalan Lingkar Kabupaten (JLK) juga dimulai dari Desa Bulusulur, yaitu di Dusun
Bulusulur, melalui Dusun Lemahireng kemudian melalui Jalan Desa Purworejo, Desa Pokoh Kidul, wilayah Plasa Wadug Gajah Mungkur, Kelurahan Wuryorejo,
Randubang kawasan Perhutani, dan beberapa Desa di wilayah kecamatan Selogiri
sampai ke Terminal Krisak Selogiri.
3. Sarana Pendidikan
Di Desa Bulusulur
terdapat beberapa sekolah baik dasar maupun menengah, antara lain :
1) TK Bulusulur 1, di dusun Bulusari
2)
TK Bulusulur 2, di dusun Bulusari
3) TK Bulusulur 3, di dusun Kedungsono
4) SDN Bulusulur 1, di dusun Bulusari
5) SDN Bulusulur 2, di dusun Bulusari
4.
Listrik dan Air Bersih
Wilayah Desa Bulusulur sudah dialiri
listrik. Sedangkan untuk air bersih, Dusun Bulusari dan Bulusulur sudah
mendapatkan pasokan dari PDAM. Sedangkan di Dusun Klemut dan Malangsari, telah
berdiri Perusahaan Desa (Badan Usaha Milik Desa - BUMDes) bernama Sumber Agung,
yang memberikan fasilitas air bersih murah kepada tak kurang 300 KK. Dusun
lainnya memanfaatkan air tanah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
5.
Telekomunikasi
Di Dusun Bulusari, Bulusulur, dan Kedungsono jaringan
telepon rumah sudah bisa dinikmati warga. Seluruh jaringan operator seluler
juga bisa dinikmati di desa ini. Sebagian penduduk desa menggunakan jasa warnet
untuk mengakses informasi.
6.
Tempat Ibadah
Di Desa Bulusulur terdapat beberapa tempat ibadah,
antara lain :
1)
Dusun Bulusari : 6 Masjid, 2 Gereja, 1 Vihara
2)
Dusun Bulusulur : 1 Masjid
3)
Dusun Kedungsono : 1 Masjid
4)
Dusun Klemut : 1 Masjid
5)
Dusun Lemahireng : 1 Masjid
6)
Dusun Malangsari : 1 Masjid
7.
Pasar dan Perbankan
Di desa ini tidak terdapat pasar
karena letaknya yang cukup dekat dengan Pasar Kota Wonogiri, hanya sekitar
3 km. Sebagian penduduk Desa Bulusulur, selain ke Pasar Kota Wonogiri juga
biasa pergi ke Pasar Ngadirojo yang berjarak sekitar 6 km ke sebelah
timur. Saat ini juga terdapat minimarket-minimarket (Alfamart dan Indomart)
disepanjang Jl. Diponegoro.
Sedangkan untuk transaksi keuangan
(Bank / ATM) penduduk Desa Bulusulur harus ke Kota Wonogiri yang berjarak
sekitar 3 km.
8.
Sarana Kesehatan
9.
Sarana Olahraga
Di masing-masing RW terdapat
lapangan bola volley untuk aktivitas warga. Selain itu beberapa dusun mempunyai
lapangan bulutangkis. Lapangan sepakbola terdapat di Dusun Bulusari dan
Kedungsono. Diperbatasan dengan Kelurahan Wonoboyo di sebelah barat, juga
terdapat Lapangan sepakbola milik Kelurahan Wonoboyo. Di Dusun Bulusari juga
terdapat lapangan tenis milik Pemda Wonogiri.
D. Perekonomian
1. Pertanian
70% penduduk Desa Bulusulur adalah petani.
2. Kerajinan
Ada sekitar 30 UKM di Desa Bulusulur yang
mengembangkan kerajinan berbahan dasar pelepah pisang. Aneka kerajinan pelepah
pisang ini antara lain: karpet, lukisan, parcel, keranjang pakaian hingga pot
bunga.
3.
Industri Rumah Tangga
Beberapa penduduk memproduksi berbagai
macam kue, sambel kacang, tempe dan tahu.
4.
Peningkatan Status (wacana)
Ada wacana Desa Bulusulur ditingkatkan
statusnya menjadi kelurahan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Bulusulur saat
ini menjadi desa yang sangat pesat pembangunannya. Mata pencaharian penduduk
juga variatif, tidak tergantung sektor pertanian semata, terutama di Dusun
Bulusari. Adanya sekolah menengah (SMKN 2 Wonogiri) menggairahkan kegiatan
ekonomi di desa ini. Mulai dari tempat kost, fotocopy, warnet, waralaba, dan
warung makan merebak di berbagai sudut desa. Usaha Kuliner juga menghiasi
suasana malam desa ini. Sepanjang jalan Diponegoro, kita jumpai pedagang
berbagai macam kuliner. Namun hingga saat ini wacana ini masih ditolak oleh
Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
Bulusulur tidak tertutup kemungkinan
menjadi kelurahan, namun masih ada pekerjaan rumah yang besar yang perlu
dilakukan oleh pejabat desa beserta seluruh warganya. Diantaranya adalah
pemerataan pembangunan di beberapa dusun, terutama Klemut dan Malangsari, kedua
dusun ini jauh tertinggal dari dusun lainnya.
E. Potensi desa Bulusulur
1. KERAJINAN
DEBOG
Anggota
Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM) “Ngudi Rejeki D-Bhogz”, Desa Bulusulur,
Kecamatan/Kabupaten Wonogiri menata hasil kerajinan berbahan baku gedebok.
Pohon
pisang, bagi kebanyakan orang hanya dimanfaatkan buah dan daun. Pelepah atau
batang atau gedebok hanya dibiarkan membusuk dan menjadi tumpukan sampah atau
menjadi limbah. Namun bagi warga Desa Bulusulur, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri
limbah tersebut ibarat mutiara yang bisa mendatangkan uang.
Berbekal
pelatihan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (Diperidagkop dan UMKM) Wonogiri, keahlian warga desa itu
diasah. Keterampilan pun dimiliki oleh warga yang hanya berjarak satu hingga
dua kilometer dari pusat pemerintahan. Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM)
dibentuk untuk menjadi wadah para “ahli” gedebok tersebut.
Menurut
tokoh masyarakat Bulusulur, Tugimin, KSM diberi nama “Ngudi Rejeki” dengan
spesialis membuat kerajinan “D-Bhogz”. Menurutnya, penamaan “D-Bhogz” agar
lebih mudah diingat semua orang sesuai bahan baku. Hasil karya berbahan baku
gedebok atau pelepah pisang itu baru berjalan dua bulan. “Pasar masih terbatas
di wilayah Wonogiri sambil mencari-cari peluang ke pasar luar daerah,” ujarnya
saat ditemui Solopos.com akhir pekan kemarin.
Untuk
memperlancar pangsa pasar, anggota kelompok tersebut membawa hasil kerajinan di
ajang pameran produk unggulan yang diadakan Pemkab Wonogiri di Gedung Giri
Cahaya, Wonogiri belum lama ini. Menurutnya, sebagian hasil kerajinan KSM
“Ngudi Rejeki” dilempar ke Jogja maupun Wonogiri. “Ada 15 orang yang mampu
membuat kerajinan berbahan gedebok bercampur rotan. Mereka semua telah mendapat
pelatihan.”
Aneka
kerajinan tampak d stan pameran, seperti karpet, lukisan, parcel, keranjang
pakaian kotor maupun pot bunga. Harganya pun variatif tergantung ukuran. Karpet
berdiameter 50 sentimeter hingga 150 cm dipatok harga antara Rp50.000 hingga
Rp150.000/biji. Keranjang pakaian dibanderol Rp65.000-Rp85.000/biji, parcel
atau tempat buah dan baki lamaran antara Rp17.500-Rp22.000/biji. Sedangkan pot
bunga dihargai Rp10.000/biji dan tas senilai Rp40.000 hingga Rp65.000/biji.
Dijelaskan
oleh Tugimin, bahan baku gedebok bisa dicukupi dari Wonogiri sedangkan rotan
diambil dari Sukaharjo. “Warga ingin mengolah limbah menjadi rupiah. Selain itu
sumber daya manusia juga terlatih sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan.
Cuma, kami berharap Pemkab memfasilitasi pemasaran. Paling tidak mempertemukan
pemilik modal dengan KSM.”
Berapa
lama membuat kerajinan itu? Tugimin menyatakan tergantung kerajinan yang dibuat
namun berkisar satu hingga dua hari. Bahkan, ujarnya, seorang perajin bisa
membuat tempat buah sebanyak 10 buah/hari sedangkan keranjang pakaian sehari
hanya mampu diproduksi dua buah per perajin.
“Semua
bahan jadi, sudah diberi pelapis agar tak mudah rusak apabila terkena air.
Gedebok-gedebok dijemur dan dibuat lelesan atau semacam tali sebelum
dimanfaatkan menjadi aneka kerajinan.”
Diakui
oleh Tugimin, kerajinan berbahan gedebok masih awam di mata masyarakat. Di sisi
lain Camat Wonogiri, Slamet Sudibyo menaruh apresiasi terhadap kreatifitas
warganya. Dia berharap dari pameran bisa terjalin komunikasi dengan investor.
“Pasar mancanegara ternyata juga menyambut baik produk kerajinan gedebok
pisangnya.
De-Bog’s, Sandal dari
Debog Pisang
Wonogiri — Sadar akan
potensi dan peluang yang masih besar, masyarakat Desa Bulusulur, Kecamatan
Wonogiri Kota yang tergabung dalam Kelompok Pengrajin Pelepah Pisang “Ngudi
Rejeki” mulai mengembangkan bisnis pembuatan sandal berbahan baku pelepah
pisang alias debog. Sandal unik ini pun telah diberi label sesuai bahannya,
yakni De-Bog’s.
Ada 9 warga yang aktif
membuatnya. Sebagian besar mereka berasal dari kalangan ibu rumah tangga. Workshop
atau lokasi bengkel kerjanya di Balai Desa Bulusulur.
Ari (36), salah satu
instruktur kerajinan debog mengatakan, sandal bikinan warga Bulusulur terhitung
awet. Bisa bertahan hingga satu tahun. Harganya pun relatif terjangkau. “Harga
sekitar Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu setiap pasangnya, tergantung ukuran, dari
yang untuk anak-anak sampai dewasa,” jelas Aris, Jumat (13/7).
Setidaknya satu tahun
belakangan ini, lanjut pria bertubuh langsing tersebut, masyarakat Bulusulur
berkreasi debog. Dan mulai ada peningkatan permintaan dari konsumen.
“Para camat, pejabat
dan kalangan pebisnis banyak yang sudah pesan, menurut mereka harganya cukup
murah dan tahan lama apalagi untuk pemakaian dalam rumah,” jelasnya. Ke depan
kelompok ini akan melakukan pengembangan dengan menambah produk berupa tas,
tudung lampu, karpet dan taplak meja dengan bahan baku debog pisang.
Sumber : Timlo.net
2.
Home Industri Pembuatan Tempe